Featured Post Today
print this page
Latest Post

sekilas tentang perkembangan HMPI



REFLEKSI SATU TAHUN HMPI
Oleh : Erlangga S. Anandito

Tepat pada tanggal 27 juli tahun 2012, Himpunan Mahasiswa Pariwisata Indonesia (HMPI) berusia satu tahun. Ya tepat satu tahun lalu di Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat, 12 Perguruan Tinggi Se Indonesia Mendeklarasikan berdirinya sebuah organisasi untuk mahasiswa Pariwisata se tanah air. HMPI sendiri berdiri di prakarsai oleh mahasiswa Ekowisata Institut Pertanian Bogor. Dalam rangka ulang pekan Ekowisata Nasional, Ide besar ini muncul.
Kongres Himpunan Mahasiswa Pariwisata Indonesia dihadiri 49 orang dari 12 utusan Perguruan Tinggi se-Indonesia yaitu: Program Diploma Institut Pertanian Bogor; Akademi Pariwisata Universitas Nasional, Jakarta; Akademi Pariwisata Bumiputera Wiyata, Depok; Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan, Tangerang; Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta; Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta, Solo; Universitas Airlangga, Surabaya; Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta; Universitas Negeri Jember; Universitas Pancasila, Jakarta; Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung; dan Universitas Udayana, Bali. UGM sendiri yang di wakili oleh Himpunan Mahasiswa Pariwisata FIB UGM di mana kontingen yang ini beranggotakan Bahtiar Saiful Hidayat, Erlangga Singgih Anandito, Ria Aswin Saputri dan Burhanudin Aziz.
Himpunan Mahasiswa Pariwisata Indonesia memiliki semangat untuk terus melatih diri dalam pembentukan jiwa insan pariwisata yang baik dan berwawasan. Menumbuhkan kesadaran sikap kritis mahasiswa pariwisata terhadap kondisi kepariwisataan Indonesia. Meningkatkan peran serta mahasiswa pariwisata terhadap kondisi kepariwisataan Indonesia. Dan memberikan solusi nyata bagi permasalahan bangsa, terutama dalam bidang kepariwisataan Indonesia. Selain itu menjadi tempat Sharing pendapat mengenai pariwisata yang ada di daerahnya masing-masing.
Tidak bisa di pungkiri kehadiran HMPI merupakan sebuah harapan baru untuk pariwisata Indonesia. Dengan peran aktif dari mahasiswa pariwisata yang di wujudkan dalam bentuk organisasi akan memberi dampak positif bagi pengembangan pariwisata Indonesia.
Akan tetapi seperti anak yang baru lahir, HMPI belum bisa menjadi yang di harapkan dan terkesan mati suri dalam kegiatan eksternal ataupun internalnya. Berbagai faktor tentunya menjadi penyebab kemandulan organisasi ini, antara lain jarak antar pengurus dan anggota, keterlambatan dalam menyusun program kerja dan juga proses legalisasi yang belum menemui titik terang. Dari berbagai kendala ini tentunya bisa menjadi bahan evaluasi kinerja dari setiap penggurus HMPI untuk merancang sebuah sistem dimana mampu mengakomodir dan menjadi bahan bakar baru dalam menggerakan roda organisasi yang belum tersusun rapi. Mendandani internal kepengurusan HMPI merupakan tugas utama kader-kader baru yang akan melanjutkan kepengurusan pertama ini. Layaknya organisasi tentunya haruslah memiliki setidaknya program yang jelas, komunikasi yang lancar, dan hal-hal teknis lainnya yang merupakan kepanjangan tangan dari visi bersama yang sudah di sepakati. Penerapan AD/ART sebagai landasan bergerak harus tertanam dalam di hati setiap pengurus dan anggota HMPI. Semua itu tak lepas dari tujuan utama HMPI yaitu ikut berperan aktif dan ambil bagian dalam pengembangan pariwisata Indonesia. Pengaplikasian Ilmu yang cukup beragam didasari oleh setiap anggota yang berbeda dalam hal cabang ilmu pariwisata harus menjadi kekuatan HMPI.
Tentunya berdirinya HMPI merupakan sebuah gagasan dan ide yang luar biasa. Bagaimana organisasi kemahasiswaan yang cakupannya nasional, hal ini sejalan dengan semangat pemuda Indonesia dalam Kongres Sumpah Pemuda yang bisa di ambil sebagai contoh bersatunya pemuda Indonesia yang akhirnya mampu menjadikan negara ini merdeka.
Dengan semangat bersama ini di harapkan dalam Kongres ke 2 HMPI di Universitas Udayana, Bali pada tanggal 24 sampai 27 nanti bisa menjadi momentum kebangkitan Mahasiswa Pariwisata Indonesia. Rasa Optimisme untuk membangun pariwisata Indonesia harus kita jaga, semangat heroik ini penting adanya untuk kepentingan bangsa yang nantinya berujung pada kesejahteraan bangsa.
Salam Mahasiswa Pariwisata Indonesia.
(Erlangga S.Anandito, Staf Bidang keorganisasian Himpunan Mahasiswa Pariwisata periode 2011-2012)

Tulisan ini adalah salah satu alasan timbulnya niat untuk menyusun buku mengenai HMPI, niat saya tersebut didukung dengan adanya data-data dan bahan-bahan dari Rizki Fitriana Fajrin beserta pengurus HMPI 2011-2013, Heru Dwi S dan Junaidi. Penyusunan buku HMPI tidak akan berjalan dengan lancar tanpa bantuan dari Imam Taufik Zulfikar dan Ripki Taopik, serta dukungan dari Maulidan Isbar dan pengurus HMPI 2013-2014. Untuk itu ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada keluarga besar HMPI dengan harapan buku ini dapat membantu perkembangan dan kesuksesan HMPI kedepannya.”
salam pariwisata indonesia 
Penyusun  
Elsha Oktavia, ketua bidang informasi dan pengembangan pariwisata periode 2013-2014
0 komentar

Siaran Pers : Pencanangan Desa Wisata Percontohan di Daerah Kawasan Strategis Pariwisata Kuta-Sanur-Nusa Dua

Denpasar,  21 April 2014
Progam Aksi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Kuta-Sanur-Nusa Dua
Pengembangan dan pengelolaan kawasan strategis pariwisata nasional secara berkelanjutan di berbagai daerah di Indonesia memerlukan koordinasi yang baik antara Pemerintah Pusat dan Daerah.   Berdasarkan UU Pariwisata No.10/2009 ada 88 KSPN yang akan dikembangkan dan disempurnakan di seluruh Indonesia sampai dengan 2025  dan untuk 3-5 tahun pemerintah akan fokus ke 16 KSPN, termasuk Kuta-Sanur-Nusa Dua. Pembangunan KSPN ditujukan untuk meningkatkan daya saing destinasi wisata Indonesia secara berkelanjutan dan terutama untuk meastikan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan Indonesia. 
Wilayah Kuta-Sanur-Nusa Dua Wilayah menyumbang 37% terhadap total kepariwisataan nasional serta merupakan pintu masuk utama bagi wisman ke Indonesia.  Namun, Menparekraf, menyampaikan, “Daerah Bali Selatan ini memiliki tantangan yang besar dalam pengembangan kepariwisataan yang berkelanjutan dan berpotensi menurunkan kualitas kepariwisataan sehingga disepakati bersama pemerintah daerah untuk memperbaiki pengelolaan wilayah ini secara komprehensif dan terkoordinasi antara semua pihak terkait”.
Dalam rangka ini, sudah dilakukan evaluasi, studi perkembangan, rencana inisiatif (quick wins) jangka 5 tahun dan rencana induk KSPN Kuta-Sanur-Nusa Dua di beberapa lokasi destinasi wisata di dalam kawasan tersebut dengan melibatkan semua pihak terkait, baik pemerintah pusat, daerah, industri pariwisata dan masyarakat setempat.  Walikota Denpasar dan Bupati Badung menyampaikan, “Sejak tahun lalu sudah dilaksanakan beberapa rapat koordinasi dengan tujuan menyamakan perencanaan dan menyepakati rencana aksi serta pembagian tugas antara pusat dan daerah agar alokasi anggaran tepat sasaran dan dapat dilakukan perencanaan multi years agar masyarakat merasakan dampaknya.” 
Telah disepakati 19 inisiatif di KSPN dan Program aksi yang akan dimulai tahun ini adalah perbaikan daerah Sanur terutama 7 km sepanjang tepi Pantai Sanur sampai dengan Pantai Mertasari dan Pantai Matahari Terbit, serta Desa Wisata Percontohan di Desa Serangan, Sanur.   Sedangkan untuk daerah Kuta beberapa daerah telah dipilih untuk perbaikan termasuk dalam jangka pendek, Pantai Pandawa, Desa Adat Kutuh, Kuta Selatan, Kabupaten Badung.
Tujuan dari Rapat Koordinasi di Kantor Gubernur Bali, Denpasar pada tanggal 21 April 2014, adalah untuk memastikan pembagian tugas di Pemerintah Pusat dan Daerah dan dari Pemerintah Pusat.  Dari Pemerintah Pusat hadir Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Ekraf), Mari Pangestu dan Menteri Pekerjaan Umum (PU), Djoko Kirmanto. Hadir pula perwakilan Pemerintah Propinsi Bali, Bupati Badung dan Walikota Denpasar.
Menteri Pekerjaan Umum, “Saya memberi apresiasi kepada pendekatan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat dalam mengembangkan kawasan pariwisata yang berkelanjutan.  PU akan mempelajari bagaimana sumbangannya terhadap infrastruktur fisik, terutama akses jalan dan berharap bahwa “nyawa” lokasi wisata dari aspek kepariwisataan, budaya dan industri kreatif dapat diikembangkan oleh Parekraf bersama-sama Pemda dan masyarakat setempat”.
Rapat juga langsung ditindaklanjuti dengan kunjungan ke lapangan ke Desa Wisata percontohan di Desa Serangan dan Pantai Pandawa di Kuta Selatan.  Sebelumnya pada hari Sabtu tanggal 19 April, Menperekraf Mari Pangestu juga telah melakukan kunjungan lapangan dengan melakukan kunjungan bersepeda sepanjang Pantai Sanur untuk melihat sendiri keadaan untuk wisatawan sepanjang  Pantai Sanur, termasuk wisata bersepeda dan olah raga jalan serta jogging, wisata bahari, wisata budaya dengan mengunjungi Museum Le Mayeur, ekowisata dengan penakaran penyu, serta juga menikmati berbagai industri kreatif dalam bentuk kerajinan dan kuliner sepanjang jalan, termasuk warung nasi Bali yang terkenal, Men Weti (Ibunya Weti). Selama beberapa tahun terakhir Kemenparekraf juga mendukung Sanur Village Festival yang sudah menjadi acara tahunan yang menarik banyak pengunjung. Hal tersebut mengambarkan eratnya sinergi antara pariwisata dan industri kreatif.
Untuk tahun lalu Kemenparkeraf telah mendukung pembuatan master plan dan fasilitasi melalui Destination Management Organization (DMO) dengan kelompok masyarakat di wilayah tersebut.  Berdasarkan kesepakatan master plan tersebut, tahun ini Kemenparekraf memberi tugas pembantuan di Pantai Mertasari, Sanur sebesar Rp. 5 Milyar agar wilayah ini dapat digunakan untuk kegiatan publik dan pengembangan industri kreatif, dan diharapkan dari Pemerintah Kotamadya Denpasar dan pihak lain, perbaikan dari jalan akses sepeda dan jalan di sepanjang tepi Pantai Sanur dan penataan zonasi antara kios, wisata bahari dan kegiatan lain.   Sedangkan untuk Pantai Pandawa, Kuta Selatan, sedang dipelajari sumbangan pusat dan diharapkan juga ada sumbangan Pemerintah Daerah serta pihak lain.
Desa Wisata Percontohan
Dalam pengembangan KSPN terdapat beberapa kegiatan utama yang mendukung pengembangan destinasi wisata dan salah satu yang sangat penting adalah pengembangan desa wisata agar kegiatan pariwisata dapat memberikan manfaat yang optimal kepada masyarakat lokal. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) merencanakan untuk mengembangkan desa wisata percontohan di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), Kuta-Sanur-Nusa Dua Bali. Program ini juga sejalan dengan aspirasi Pemerintah Propinsi Bali untuk mengembangkan Desa Wisata di seluruh Bali.
“Desa wisata yang akan dikembangkan diharapkan menjadi percontohan i (pilot project) atau sebagai  model dalam mengembangkan konsep kepariwisataan berkelanjutan yang implementasinya harus menjaga keseimbangan antara aspek sosial, budaya, lingkungan hidup, dan ekonomi serta langsung dirasakan oleh masyarakat setempat.  Sebenarnya sudah ada beberapa contoh desa wisata yang sudah berhasil dan belajar dari pengalaman tersebut, dan menambahkan keunikan dari setiap lokasi, kita berharap dapat mulai mengembangkan desa wisata yang direncanakan secara komprehensif dan di fasilitasi oleh semua pihak secara bersama-sama dalam jangka waktu tertentu agar hasilnya dapat dirasakan oleh masyarakat” kata Mari Pangestu.
“Aspek penting dalam membangunan desa wisata percontohan adalah insfrastruktur desa untuk mendukung kegiatan kepariwisataan di daerah. Kami tengah berkoordinasi dengan Menteri Pekerjaan Umum agar membangun jalan dan perbaikan sanitasi di lingkungan desa wisata percontohan,” kata Mari.
Mari melihat bahwa  Desa Pelipuran di Kabupaten Bangli, Bali yang sudah  difasilitasi pembangunan infrastrukturnya oleh Kementerian PU adalah model yang tepat dan sangat berhasil menciptakan ekonomi kerakyatan berbasis kepariwisataan. Diharapkan PU juga memfasilitasi pembangunan insfrastruktur pada desa wisata yang menjadi percontohan di KSPN  Kuta-Sanur-Nusa Dua Bali.
Dalam pembangunan desa wisata percontohan, Kemenparekraf memfasilitasi perencanaan dan perancangan konsep pembangunan wilayah desa di Serangan dan direncanakan juga untuk Pantai Pandawa.  Untuk Serangan, Kemenparekraf sudah dan akan melakukan pemberdayaan masyarakat, merevitalisasi seni budaya setempat, pemberdayaan nelayan dan kuliner khas Serangan, dan kegiatan lain yang terkait dengan penguatan kepariwisataan  desa setempat.  Di wilayah Serangan terdapat 17 pura bersejarah di Bali dan banyak seni budaya dan kuliner tradisional yang dapat dikembangkan.   Pengembangan desa wisata di Serangan dapat menjadi contoh bagaimana kekayaan budaya dan sejarah, serta perkembangan industri kreatif berbasis warisan budaya dan kerafian lokal erat kaitannya dengan pengembangan pariwisata dan pemberdayaan masyarakat setempat.
Usai melakukan diskusi KSPN, Menparekraf bersama para pejabat instansi terkait melakukan kunjungan ke desa  Serangan di kota Denpasar dan Pantai Pandawa di Kabupaten Badung. Kedua desa ini akan dijadikan sebagai desa percontohan untuk wilayah KSPN  Kuta-Sanur-Nusa Dua Bal.
Kemenparekraf mulai mengembangkan desa wisata dalam program PNPM  (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri pariwisata dengan memfasilitasi sebanyak 1.440 desa pada periode 2009-2013. Namun saat ini berencana untuk mengembangkan konsep yang lebih komprehensif, terkoordinasi dan multi year agar desa wisata berkelanjutan dan mandiri dapat dihasilkan di seluruh Indonesia.  Keberadaan desa wisata diharapkan akan mendorong partisipasi masyarakat setempat dalam meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup, dan pada saat yang bersamaan menjadi garda terdepan dalam menjaga lingkungan dan melestarikan warisan budaya.  (Puskompublik)
Sumber : http://www.parekraf.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=2589






0 komentar

Sepak Bola dan Pariwisata : Pergerakan Suporter


Beribu-ribu manusia menggunakan baju yang mayoritas berwarna merah memasuki daerah Sleman Yogyakarta, “Badai Merah Dari Timur” Ini tak lain adalah Pasoeapati, Pendukung Tim Persis Solo.  Perjalanan Solo-Sleman yang menempuh jarak 60 Km Tak menghalangi niat mereka dalam mendukung tim kesayangan.singkat cerita  tak lama setelah berisirahat pertandingan pun di mulai. Tim kesayangan Kalah dan terjadi bentrokan yang mengakibatkan banyak korban dari sigi materi dan fisik. Lemparan batu saat perjalanan tour Pasoepati yang melintasi Yogyakarta merupakan hal wajib dan pemanis saat tak terkecuali hari itu.
Perjalanan Suporter Solo ke Bandung
dok. pribadi

Lain cerita bagaimana ratusan Pasoepati yang melakukan tour ke Bandung saat itu, dengan jarak yang di tempuh cukup jauh “hanya” untuk menonton tim kesayangan selama 90 menit. Ini tentu bukan hal yang sebanding apabila di bandingkan dengan jarak dan waktu yang mereka tempuh.
Dalam pertandingan sepak bola tentunya suporter selalu  menjadi pemanis dalam dinamika persebakbolaan. Mereka memenuhi Stadion untuk menyaksikan pertandingan sepak bola. Tak hanya suporter tuan rumah akan tetapi suporter dari tim tamu yang biasanya berasal dari luar Kota. Jarak yang di tempuh memang tidak menjadi halangan mereka untuk menyaksikan pertandingan sepak bola.
Pola pergerakan dan sifat dari suporter sepak bola ini memiliki korelasi dengan pariwisata. Dalam ilmu pariwisata, dasar dari perjalanan wisatawan di landasi oleh berbagai motivasi salah satunya mencari kesenangan dan kepuasan batin serta obyek wisata harus menyajikan atraksi wisata yang di dalamnya ada something to buy, something to learn, something to do dan berbagai sajian lainnya. Sepak bola sendiri sudah memenuhi aspek tersebut, sehingga olah raga sepak bola mesuk dalam pariwisata minat khusus atau special interest tourism.  Di sepak bola kita bisa belajar tentang bagaimana sepak bola itu sendiri di mainkan, menganalisis pertandingan, mempelajari aspek sosiologis suporter saat menyaksikan pertandingan, atitude suporter dalam menyaksikan pertandingan, efek sepak bola terhadap ekonomi dan berbagai kegiatan yang tentunya mengandung unsur edukasi (something to learn). Untuk aspek something to do tujuan utama suporter sendiri adalah menyaksikan pertandingan sepak bola yang menjadi komoditi dari utama selain suporter juga menikmati obyek wisata di sekitar Stadion tempat berlangsungnya pertandingan. Something to buy di sepak bola sendiri di khususkan pada pembelian atribut klub dan juga kuliner saat menyaksikan pertandingan, sebagai contoh di Stadion Manahan Solo dimana makanan wajib setiap suporter adalah nasi kucing yang di jajakan keliling oleh pedangan asongan, berbeda lagi saat di Stadion Si Jalak harupat Soreang Bandung yang menjual Tahu Khas Sumedang yang mengimplementasikan kultur daerah Jawa Barat.
Sering kita mendengar Backpacker sebutan untuk para wisatawan yang menggunakan dana minim untuk melakukan perjalanan wisata. Dalam sepak bola sendiri memang belum ada yang menyebutkan julukan untuk para penikmat sepak bola saat melakukan perjalanan keluar daerah untuk menyaksikan klubnya bertandingan. Sebutan “suporter” di anggap sudah mewakili dinamika yang terjadi di sepak bola tanpa mengkhususkan mana suporter tamu mana suporter tuan rumah entah berapa kilometer perjalanan yang di lalui saat memasuki areal Stadion sebutan ini sudah di sematkan bagi penikmat sepak bola. Perjalanan suporter ini sangat mirip dengan pariwisata pada umumnya, ada yang secara bersamaan yang terkoordinir dengan jumlah masa yang besar dan ada yang melakukan perjalan sendiri atau bersama beberapa suporter lain dan membentuk kelompok kecil yang di dasari berbagai hal dan tidak terkoordinir.
Untuk perjalan secara bersamaan suporter memang fokus untuk menyaksikan pertandingan, setelah menyaksikan pertandingan biasanya langsung melanjutakan perjalanan pulang ke daerah asal. Kegiatan ini biasa di sebut “tour suporter” di Indonesia sendiri sudah menjadi kesepakatan tak tertulis menggunakan nama tersebut untuk melakukan perjalanan, sebagai contoh “The Jak Tour De Solo” . Tour ini juga membutuhkan perhitungan yang matang selayaknya perjalanan pariwisata pada umumnya. Aspek-aspek seperti transportasi, akomodasi, makan, tiket masuk stadion kemudian di kalkulasikan dan perhitungan ini kemudian menjadi biaya perjalanan yang di bebankan pada peserta tour. Selain itu tour bersama seperti ini lebih menjamin keamanan bagi para peserta tour. Dalam iklim sepak bola Indonesia, pemetaan suporter di dasarkan kedaerahan dan tak jarang saat melawat ke daerah lain, rombongan tour suporter akan melintasi daerah rival dan tak ayal terjadi gesekan.
Menarik untuk membahas pola pergerakan suporter yang berangkat sendiri atau dengan kelompok kecil. Banyak hal yang mempengaruhi mengapa sebagian kecil suporter memilih untuk melakukan perjalanan sendiri. Dari beberapa suporter yang sering memilih perjalanan sendiri ketimbang ikut rombongan mengutarakan bahwa alasan mereka melakukan perjalanan sendiri adalah biaya. Sama halnya dengan backpacker mereka mengutamakan biaya yang relatif lebih murah dan pengalaman yang di dapat dalam perjalanan. Adanya kemiripan beberapa aspek dengan backpacker mungkin nama suporter packer patut di sematkan pada para penggila si kulit bundar ini. Keuntungan dari suporter packer sendiri adalah bebas menentukan skema perjalanan dan tujuan yang ingin mereka tuju.
Dengan biaya yang minimal mereka berusaha mendapatkan kepuasan dalam perjalanan. Selain tujuan utama mereka untuk menyaksikan pertandingan sepak bola, dari berbagai pengalaman mereka juga mengunjungi tempat wisata yang terdapat di sekitaran areal stadion. Untuk masalah akomodasi mereka lebih sering menggunakan fasilitas umum untuk beristirahat seperti stasiun, tempat ibadah bahkan stadion, selain itu mereka juga memanfaatkan suporter tuan rumah yang di dasari rasa sesama suporter sepak bola. Ritus sosoilogis sesama suporter bola inilah yang menjadi ciri khas suporter packer . Hal ini sangat lah menarik dan memberikan kita fakta bahwa sepak bola adalah salah satu alat pemersatu bangsa. Banyak pengalaman suporter yang mengandalkan atribut sepak bola mereka bisa mendapat “kemudahan” saat berada di daerah mereka melawat.
            Akan tetapi dengan iklim sepak bola Indonesia yang masih antah berantah seperti ini, masih belum memungkinkan sepak bola menjadi pariwisata. Perlu pembenahan dari berbagai sektor, liga yang bersih dan berkelanjutan, infrastruktur seperti stadion untuk kenyamanan saat menyaksikan sepak bola. Keamanan bagi suporter dan banyak hal lagi.  Yang tentunya suatu saat nanti iklim sepak bola industri bisa di jadikan sebagai obyek wisata baru di Indonesia. 
10 komentar

Kebocoran Ekonomi dalam Pariwisata


Kebocoran Ekonomi dalam Pariwisata

Enggar Dwi Cahyo1, Anindya Prameswari2

1,2Mahasiwa, Jurusan Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada
 

Abstract
Contents of articles in this journal about the leaks that occurred in the tourism economy. Leakages in tourism occur when revenues arising from tourism-related economic activities in destination countries are not available for (re-)investment or consumption of goods and services in the same countries. Economic leakages can be external, internal, and invisible leakages, where all three types of leakages are caused by different factors. Leakages are inevitable in free market conditions or the current trade liberalization, economic leakages can however be minimized by various means and strategies. The best strategy is a strategy clusture structure which should be applied by governments through international treaties, both of which performed at the level of export, the supplier level, as well as economic input level can be set in such a way as to reduce or minimize economic leakages.
Keyword: tourism, economic, leakage
.
1.       Latar Belakang


Leakage atau kebocoran dalam pembangunan pariwisata dapat diakibatkan dari adanya beberapa faktor . kebocoran yaitu kebocoran import dan kebocoran eksport dan kebocoran yang sifatnya tidak terlihat atau invisible leakage. Biasanya kebocoran importterjadi ketika terjadinya permintaan terhadap peralatan-peralatan yang berstandar internasional yang digunakan dalam industry pariwisata, bahan makanan dan minuman import yang tidak mampu disediakan oleh masyarakat lokal atau dalam negeri. Besarnya pendapatan dari sektor pariwisata juga diiringi oleh besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan import terhadap produk yang dianggap berstandar internasional. Sedangkan kebocoran eksport seringkali terjadi pada pembangunan destinasi wisata khususnya pada Negara miskin atau berkembang yang cenderung memerlukan modal dan investasi yang besar untuk membangun infrastruktur dan fasilitas wisata lainnya. Kondisi seperti ini, akan mengundang masuknya penanaman modal asing yang memiliki modal yang kuat untuk membangun resort atau hotel serta fasilitas dan infrastruktur pariwisata, sebagai imbalannya, keuntungan usaha dan investasi mereka akan mendorong uang mereka kembali ke Negara mereka tanpa bisa dihalangi, hal inilah yang disebut dengan “leakage” kebocoran eksport

Kebocoran pada sektor pariwisata
intinya adalah sebagian uang yang dibelanjakan oleh wisatawan asing atau wisatawan luar daerah yang tidak dibelanjakan oleh wisatawan asing atau wisatawan luar daerah yang tidak dibelanjakan dan tidak memberikan pengaruh pada perekonomian suatu daerah pariwisata setempat (Oka AYoeti, 2008). Kebocoran ekonomi ini tidak akan dapat dihilangkan, namun hal yang paling memungkinkan untuk dilakukan adalah meminimalisir besaran dari kebocoran ekonomi itu sendiri.

2.      Isi

2.1. Import Leakage
       Kebocoran ekonomi jenis ini merupakan salah satu kebocoran ekonomi yang sifatnya nyata dan terasa langsung. Kebocoran ekonomi import adalah suatu keadaan dimana uang dari suatu destinasi, misalkan Pulau Bali telah menjadi surga bagi para pebisnis, jutaan dollar dikeluarkan oleh para investor asing untuk membangun hotel dan resort mewah serta Pemerintah Kabupaten Raja Ampat memberikan ruang sebesar-besarnya kepada investor asing untuk berinvestasi ,yang berarti tidak berdampak kepada kegiatan ekonomi di dalam Negara asal uang itu berada yang dikarenakan uang tersebut dilakukan untuk kegiatan transaksi import barang dari luar negeri.


Kegiatan ini dapat dikatakan sebagai kebocoran karena uang yang digunakan untuk melakukan kegiatan transaksi import tidak akan berpengaruh terhadap perekonomian Negara yang melakukan kegiatan import itu sendiri. Dalam artian uang yang telah digunakan sudah berhenti berputar di Negara tersebut.
Contoh kasus lain dari kebocoran tipe ini adalah penyetandaran kualitas dalam ukuran internasional terhadap barang-barang yang digunakan pada suatu tempat wisata, terutama pada hotel-hotel berbintang dan restoran-restoran yang menggunakan standar internasional. Dengan adanya penyamarataan kualitas suatu barang atau jasa secara internasional maka membuat kemungkinan barang-barang produksi lokal yang digunakan oleh hotel-hotel berbintang tidak dapat bersaing kualitasnya  dengan produk luar. Oleh karena itu dengan terpaksa atau tidak pihak hotel atau restoran yang kebutuhannya tidak terpenuhi oleh produkan lokal mau tidak mau akan melakukan kegiatan pengimporan barang atau jasa dengan baiya  dengan biaya yang digunakan  diambil dari pendapatan hotel atau restoran tersebut.
2.2 . Eksport Leakage
Kebocoran eksport seringkali terjadi pada pembangunan destinasi wisata khususnya pada Negara miskin atau berkembang yang cemderung memerlukan modal dan investasi terjadi ketika terjadinya permintaan terhadap peralatan-peralatan yang berstandar internasional yang digunakan dalam industri yang besar untuk membangun infrastruktur dan fasilitas wisata lainnya. Kondisi seperti ini, akan mengundang masuknya penanam modal asing yang memiliki modal yang kuat untuk membangun resort atau hotel serta fasilitas dan infrastruktur  pariwisata, sebagai imbalannya, keuntungan usaha dan investasi mereka akan mendorong uang mereka kembali ke Negara mereka tanpa bisa dihalangi, hal inilah yang disebut dengan “leakage” kebocoran eksport.
2.3. Invisible Leakage
Invisible Leakage atau kebocoran ekonomi yang tidak secara langsung oleh konsumen ataupun produsen suatu produk. Pada kebocoran jenis ini biasanya uang yang keluar dari suatu daerah asal dan tidak lagi mempengaruhi kegiatan ekonomi di daerah tersebut tidak terasa secara langsung.
Pada kebocoran ekonomi yang tidak terlihat dapat terjadi pada perhitungan pendapatan asli daerah dari sektor  pajak. Invisible leakage  pada pendapatan asli daerah dapat dilihat pada studi kasus pembayaran pajak suatu perusahaan yang melakukan pembayaran kepada pemerintah pusat. Sehingga uang yang seharusnya mengalir dan bergerak di dalam lingkup daerah tidak dapat berpengaruh terhadap daerah tersebut.
Invisible leakage juga dapat terjadi kepada konsumen suatu barang atau benda yang dibeli dan harga pajak per barang tersebut ditanggungkan oleh pembeli atau konsumen dari barang tersebut.
2.4. Efek yang muncul
Pada tiap kebocoran ekonomi yang terjadi di suatu daerah pastilah akan berpengaruh terhadap kondisi perekonomian bahkan juga berpengaruh terhadap kondisi sosial daerah tersebut. Contoh-contoh dari efek yang muncul karena terjadinya kebocoran dalam bidang  ekonomi di dalam suatu daerah antara lain adanya kemungkinan untuk terjadi pemiskinan terhadap penduduk sekitar daerah wisata.  Pemilik asli dari suatu destinasi ataupun obyek wisata adalah penduduk asli dari  destinasi atau obyek wisata itu berada. Seharusnya apabila suatu obyek wisata berkembang disuatu daerah maka warga sekitar juga seharusnya memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi, namun pada kenyataannya masih banyak warga asli yang tinggal disekitar tempat obyek wisata masih memiliki  kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Hal ini bisa dipastikan terjadi karena adanya kebocoran daaarrri segi ekonomi pada daerah tersebut. Apabila kebocoran yang terjadi pada  suatu daerah wisata sangat besar maka efek yang berpengaruh kepada ranah sosialnya akan sangat dapat terasa. Seperti contohnya adalah akan munculnya kesenjangan sosial antar warga dan cenderung dapat menyebabkan konflik antar warga.
3.       Kesimpulan
Economical leakage atau kebocoran dalam sektor ekonomi sangat tidak memungkinkan untuk dihindari. Hal ini semakin diperparah oleh keadaan pasar bebas atau dapat juga disebut dengan Liberalisasi perdagangan.
Namun hal utama yang harus dilakukan pemerintah dengan daya dukung yang setimpal  oleh warga yang dipimpin adalah upaya untuk sebisa mungkin meminimalisir kebocoran ekonomi yang ada. Hal-hal seperti kesepakatan antar Negara yang membuat kebocoran ekonomi tersebut menjadi minim harus digalakan.
Hal lain yang dapat dilakukan pemerintah  adalah memberdayakan secara maksimal produk lokal sehingga dapat menekan jumlah kebocoran ekonomi yang berfaktor impor.
Undang-undang Republik Indonesia no 10 tahun 2009 menjamin kesejahteraan masyarakat yang tinggal disekitar suatu kawasan obyek wisata. Hal ini seperti sudah dijelaskan diatas bahwa pada dasarnya pemilik asli dari suatu obyek wisata  adalah penduduk asli yang tinggal di sekitar daerah yang menjadi tempat pariwisata tersebut.  Contoh kasus semacam ini banyak sekali terdapat pada daerah-daerah berkembang yang masih sangat mebutuhkan bantuan dari pihak luar untuk membangun daerah tersebut. Khususnya pada Negara-negara berkembang yang sangat mengandalkan wisata alam pada kegiatan pariwisatanya.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pemerintah untuk meminimalkan tingkat kebocoran  di bidang ekonomi:

Regional Supplier Level: campur tangan pemerintah juga diperlukan untuk memfasilitasi provider asing diperlukan untuk menyediakan komponen yang tidak mampu disediakan oleh provider domestic, kebutuhan barang dan jasa inilah yang menarik masuknya supplier asing ke regional dengan tingkat leakages yang sekecil mungkin.

Economic Input Level:  campur tangan pemerintah pada level ini diperlukan bagi semua pihak untuk menyediakan landasan bisnis. Organisasi swasta dan pemerintah atau
agen yang lainnya memerlukan landasan untuk menjalankan bisnisnya sehingga diperlukan dukungan pendidikan dan pelatihan, inovasi, pendanaan, infrastruktur dan informasi, iklim usaha seperti pajak, aturan dan administrasi, dan jaminan kualitas hidup.

Pengaruh positif pembangunan pariwisata sudah tidak perlu diragukan lagi seperti pendapatan nilai tukar valuta asing, penerimaan devisa akibat adanya konsumsi wisatawan, penyerapan tenaga kerja, pembangunan infrastruktur pariwisata yang turut dinikmati oleh masyarakat lokal dan di beberapa destinasi pariwisata juga sebagai generator pemberdayaan perekonomian masyarakat lokal.





Referensi
1)      Yoeti, Oka A. (2008), Ekonomi Pariwisata, Kompas, Jakarta
2)      repository.ipb.ac.id/…/JIPI_Des08%20vol.13.no%2003%20hlm.173
4)      Gambar 1 & 2










.

1 komentar

Surat Keputusan Hasil Sidang Paripurna Surabaya


KEPUTUSAN
SIDANG PARIPURNA HIMPUNAN MAHASISWA PARIWISATA INDONESIA II

NOMOR : 01/SPHMPI II/2013

TENTANG

PERESMIAN ANGGOTA BARU HMPI

 SIDANG PARIPURNA HIMPUNAN MAHASISWA PARIWISATA INDONESIA II
Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa,
Menimbang
:
1.
Bahwa agar pembahasan materi Sidang Paripurna Himpunan Mahasiswa Pariwisata Indonesia II Tahun 2013 berjalan dengan terarah, efektif, dan efisien, maka perlu peran aktif anggota HMPI.


2.
Bahwa berkenaan dengan itu perlu dibuat keputusan Sidang Paripurna Himpunan Mahasiswa Pariwisata Indonesia II Tahun 2013 tentang peresmian anggota baru HMPI.
Mengingat
:
1.
Pancasila


2.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945


3.
UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Memperhatikan
:
1.
Keputusan - Keputusan Sidang Paripurna Himpunan Mahasiswa Pariwisata Indonesia II Tahun 2013


2.
Usulan dan Pendapat yang berkembang dalam persidangan.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama
:
Mengesahkan Akademi Pariwisata 45 Papua dan Universitas Brawijaya Malang Sebagai Anggota Himpunan Mahasiswa Pariwisata Indonesia sesuai AD/ART Pasal 11.



Kedua
:
Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Diputuskan di  : Surabaya
Pada Tanggal   : 3  Maret 2013
PRESIDIUM

Wakil Ketua                                Ketua                                                Sekretaris




                               Ahmad Agus P                    Erlangga Singgih A.                      Afrodita Indayana







SIDANG PARIPURNA HIMPUNAN MAHASISWA PARIWISATA INDONESIA II

NOMOR : 02/SPHMPI II/2013

TENTANG

PENYELENGGARAAN KONGRES HMPI ke 3

 SIDANG PARIPURNA HIMPUNAN MAHASISWA PARIWISATA INDONESIA II
Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa,
Menimbang
:
1.
Bahwa pembahasan materi Sidang Paripurna Himpunan Mahasiswa Pariwisata Indonesia II Tahun 2013 dan pembahasan rapat Pra Kongres berjalan dengan terarah, efektif, dan efisien.




Mengingat
:
1.
Pancasila


2.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945


3.
UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Memperhatikan
:
1.
Keputusan - Keputusan Sidang Paripurna Himpunan Mahasiswa Pariwisata Indonesia II Tahun 2013


2.
Usulan dan Pendapat yang berkembang dalam persidangan.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama
:
Memutuskan bahwa Yogyakarta Sebagai tempat kongres HMPI ke 3.
 Kedua            
:
Dalam Kongres HMPI  ke 3 di Yogyakarta, di usahakan pelibatan Instani pemerintah dalam membantu segala sesuatu yang berhubungan dengan Kongres HMPI, dan Akademi Pariwisata 45 Papua membantu aktif dalam mengkomunikasikan dengan pihak terkait bekerja sama dengan panitia lokal Yogyakarta.



Ketiga
:
Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka akan diperbaiki sebagaimana mestinya.


Diputuskan di  : Surabaya
Pada Tanggal   : 3 Maret 2013
PRESIDIUM

Wakil Ketua                                Ketua                                                Sekretaris




                               Ahmad Agus P                    Erlangga Singgih A.                      Afrodita Indayana





KEPUTUSAN
SIDANG PARIPURNA HIMPUNAN MAHASISWA PARIWISATA INDONESIA II

NOMOR : 02/SPHMPI II/2013

TENTANG

LANGKAH STRATEGIS JANGKA PENDEK HMPI

 SIDANG PARIPURNA HIMPUNAN MAHASISWA PARIWISATA INDONESIA II
Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa,
Menimbang
:
1.
Bahwa agar arah gerak organisasi berjalan lebih efektif dan membrikan sumbangsih nyata maka perlu di adakan pembahasan terhadap langkah strategis jangka pendek.





Mengingat
:
1.
Pancasila


2.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945


3.
UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Memperhatikan
:
1.
Keputusan - Keputusan Sidang Paripurna Himpunan Mahasiswa Pariwisata Indonesia II Tahun 2013


2.
Usulan dan Pendapat yang berkembang dalam persidangan.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama
:   
Percepatan terhadap realisasi program utama yang di dalamnya mencakup pembuatan WEB/Blog, pembuatan KTA dan pengadaan bendera di setiap universitas atau perguruan tinggi yang tergabung dalam HMPI.



Kedua
:
Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Diputuskan di  : Surabaya
Pada Tanggal   : 3 Maret 2013
PRESIDIUM

Wakil Ketua                                Ketua                                                Sekretaris




                              Ahmad Agus P                    Erlangga Singgih A.                      Afrodita Indayana


Atau bisa download disini
Download Surat Keputusan




1 komentar
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HMPI MEDIA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger